21/06/10

Persahabatan Membawanya Perubahan

Sebuah SMA di Bandung, terdapat seorang siswa yang sifatnya sekarang sangat kontras dengan sifat yang sebelumnya. Namanya Viona dan biasanya dipanggil Vio. Sifat yang semula nakal, urakan, dan tidak menurut perkataan orang tua. Kini berubah menjadi anak yang baik dan penurut. Semua itu berkat sahabatnya yang ada di Surabaya yang baru ia kenal sejak ia dipindahkan orang tuanya ke tempat Neneknya.
Suatu hari, Viona berbuat kesalahan yang menurut orang tuanya sangat fatal, yaitu dia mulai berani merokok di sekolahnya bersama ganknya dan akhirnya ia dikeluarkan dari sekolah bersama teman-temannya. Hal itu membuat orang tua Viona sangat marah dan langsung memutuskan untuk memindahkan anaknya ke rumah neneknya, mungkin dengan begitu Viona bisa mengubah sifat buruknya.

” Papa dan mama sangat kecewa dengan perbuatanmu, Vio.” papa Viona terlihat sangat marah padanya, namun Viona hanya terdiam di atas sofa seakan-akan tidak menghiraukan papanya sambil menundukkan kepala.
” Papa dan mama sudah memutuskan untuk menitipkan kamu pada nenekmu di Surabaya.” ujar mama pada Vio.
” Apa???????.....” Vio terkejut sambil beranjak dari tempat duduknya.
” Itu adalah keputusan kami berdua, kamu harus menurutinya.” suara papa mulai membesar.
” Nggak, Vio nggak setuju.” Vio lari ke atas menuju kamarnya.
” Ini semua demi kabaikanmu, Vio.” teriakan mama dari bawah yang terdengar dari atas dan kemudian Viona menutup pintu kamarnya dengan sangat keras. Mama dan papanya sampai mengelus dada melihat tingkah laku anaknya.

Keesokan harinya, mama dan papa sudah mempersiapkan semuanya. Mulai dari keberangkatan sampai dengan perpindahan sekolah Viona. Viona pun terpaksa menuruti semua permintaan orang tuanya. Viona berangkay ke rumah Neneknya bersama kedua orang tuanya dengan muka yang cemberut dan selama perjalanan dia hanya terdiam sambil melihat kendaraan yang lalu-lalang di sebelah mobilnya dari balik kaca dan mendengarkan musik ditelinganya. Sampai-sampai dia tidak sadar kalau sudah sampai di depan rumah Neneknya.


Hari ini adalah hari pertama Vio menginjakkan kakinya di sekolah barunya. Tapi tidak ada yang mau berteman dengannya, mungkin karena penampilannya yang urakan, jadi mereka semua takut dan mengalihkan pandangannya dari Viona saat dia berjalan dihadapan mereka. Viona juga tidak peduli jika ia tidak mempunyai teman di sekolah ini. Akhirnya Vio memutuskan pergi ke kantin dan duduk di suduk ruangan sambil minum es yang sudah ia pesan. Tak berapa lama ada seorang cewek mengahampirinya dan duduk di samping Vio. Namanya Sandra, sandra adalah anak yang baik, sopan, dan juga pandai.
” Kelihatannya kamu anak baru ya, kenalin namaku Sandra.” kata Sandra sambil mengulurkan tangannya ke Vio.
” Ya, aku anak baru, namaku Viona.” jawab Vio tanpa menoleh ke arah Sandra dan tidak membalas uluran tangan Sandra. Sandra hanya tersenyum sambil menarik kembali tangannya.
” Kamu mau bertema dengan ku??..” tanya Sandra kepada Vio. Mendengar perkataan tadi, Vio langsung mengalihkan pandangannya ke Sandra dan berkata.
” Kenapa kau mau berteman denganku, padahal semua anak yang ada di sini tidak ada yang mau berteman denganku.”” Itukan mereka, beda dengan ku. Aku mau berteman denganmu karena kamu itu beda dengan yang lainnya.” jawab Sandra.
” Beda gimana???” tanya Vio lagi.
” Penampilanmu.” jawab Sandra singkat. Seakan tidak puas dengan jawaban Sandra, Vio pun bertanya lagi.
” Kenapa dengan penampilanku??”
” Gini lhoo, penampilanmu itu beda dengan yang lain. Mereka semua berseragam rapi, tapi kamu tidak. Itu yang membuatku tertarik denganmu dan aku ingin tau kepribadianmu.”
” Ya udah, aku terpaksa berteman denganmu. Karena di sini aku tidak punya teman.” Vio menerima pertemanan Sandra dengan terpaksa. Karena temannya saat ini hanya Sandra, jadi jika Vio ingin bertanya mengenai sekolah ini, Vio terpaksa bertanya ke Sandra. Beberapa hari di sekolah ini, Viona tidak menampakkan perilaku buruknya yang menyebabkan dia dikeluarkan dari sekolah lamanya. Tapi penampilannya masih terlihat seperti anak berandalan, baju yang dikeluarkan dan tatanan rambut yang sedikit acak-acakan. Semakin hari, teman Vio bertambah. Teman-teman yang dulunya tidak ingin berteman dengannya waktu pertama kali dia sekolah di sini, sekarang mulai berteman dengan Vio. Pertemanan Vio dan Sandra pun semakin baik dan mereka berdua mulai bersahabat. Sifat Viona sedikit demi sedikit mulai berubah.

Suatu hari, Sandra mengajak Viona ke rumahnya. Viona melihat keadaan rumah Sandra yang sederhana tapi terlihat sangat nyaman, beda dengan rumahnya yang besar tapi tidak terlihat nyaman. Vio disuruh masuk oleh mama Sandra yang saat itu sedang duduk di teras rumahnya, dan kemudian Sandra mencium tangan ibunya. Vio hanya melihat itu, karena selama ini ia tidak pernah melalukan apa yang sudah dilakukan Sandra. Sepulang sekolah Vio langsung menuju kamarnya tanpa menghampiri mamanya. Vio hanya tersenyum saat mama Sandra menyuruhnya masuk dan berkata ” makasih tante.”. Dia duduk di kursi ruang tamu sambil menunggu Sandra berganti baju. Saat keluar dari kamarnya, Sandra melihat Vio sedang melamun dan menghampirinya lalu bertanya.
” Ada apa Vi, kok ngelamun. Ada masalah???”
” Nggak kok, aku cuma teringat sama mama aku kangen sama dia. Dulu aku nggak pernah ngedengerin perkataan mama, tidak seperti kamu yang selalu menurut apa kata orang tuamu.” suara Vio mulai terdengar pelan dan ia pun meneteskan air mata.
” Kenapa kamu menangis??” tanya Sandra.
” Aku kagum denganmu San, kamu begitu baik dengan orang tuamu.”
” Aku juga kagum denganmu, kamu adalah anak yang kuat dan tegar. Kamu pasti bisa kok merubah semua sifatmu itu.” tegas Sandra memberi semangat pada sahabatnya.
” Terima kasih ya San, kamu sudah mau menjadi sahabatku.”
” Ya sama-sama, aku senang kok punya sahabat sepertimu.” ujar Sandra.
Viona merangkul Sandra sebagai tanda terima kasih atas kebaikan Sandra. Akhirnya Viona pun tersadar akan perilakunya selama ini dan dia mempunyai tekad untuk berubah yang lebih baik seperti sahabatnya Sandra. Setelah puas ngobrol di ruang tamu, Viona pun pamit pulang kepada orang tua Sandra dan Sandra. Sesampainya di rumah Neneknya, dia langsung menelpon Mamanya. Dia minta maaf atas semua yang telah ia perbuat selama ini. Mama Vio sangat senang melihat perubahan Vio yang semakin membaik. Dia juga memaafkan semua kesalahan Vio yang terdahulu. Viona juga menitipkan salam dan maaf kepada papanya, karena waktu itu papanya sedang berada di luar kota untuk menyelasaikan pekerjaannya. Vio menutup telponnya sambil mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

Setelah kejadian itu, Vio benar-benar berubah. Dia benar-benar menjadi anak yang baik. Hari-harinya di Surabaya, dilaluinya bersama Sandra dengan sangat baik. Mereka terliha sangat kompak, persahabatan mereka pun semakin erat. Suatu hari Vio berangkat sekolah sendirian, nggak seperti biasanya yang selalu berangkat dengan Sandra. Entah kenapa hari ini Sandra tidak menjemputnya. Pikir Vio pasti sudah berangkat duluan, mungkin ada tugas yang harus dia selesaikan. Sesampainya di sekolah, ternyata Sandra belum datang. Sampai jam kedua pelajaran pun Sandra belum juga datang. Hari itu Vio mengikuti pelajaran dengan tidak konsentrasi karena dia terus memikirkan sahabatnya. Bel pulang pun berbunyi, Vio langsung berlari ke luar sekolah menuju rumah Sandra untuk menanyakan kanapa hari ini dia tidak masuk sekolah. Sesampai di depan rumah Sandra, Viona langsung mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban apapun dari dalam rumah Sandra. Vio semakin khawatir dan dalam batinnya ia berkata, ada apa ini?? Apa yang terjadi dengan sahabatku. Ya Allah lindungilah sahabatkubila terjadi apa-apa dengannya. Sembari berdoa, dia lari ke rumah yang ada di samping rumah Sandra. Dia bertanya kemana Sandra pergi dan apa yang telah terjadi dengannya. Tetangga Sandra menjelaskan kalau tadi pagi penyakitnya kambuh dan langsung dilarikan ke rumah sakit dengan ditemani orang tuanya. Penyakit???? Dalam batinnya ia bertanya-tanya. Tapi dia tidak menanyakan hal itu kepada tetangga Sandra. Dia langsung menanyakan alamat di mana Sandra dirawat. Tanpa basa-basi, dia langsung melesat ke alamat yang sudah ditulis ibu tadi.


Sesampai di rumah sakit, dia bertemu orang tua Sandra yang sedang menangis di ruang tunggu. Viona menghampiri mereka dan bertanya.
” Om, tante. Sandra kenapa, apa yang terjadi dengan Sandra???” tanya Vio dengan panik.
” Sandra......ehmm...ehm....Sandra terkena kanker otak, sudah stadium akhir. Sekarang dia sedang mendapat perawatan dokter di ruang ICU.” jawab mama sandra sambil menangis.
” Apa... kanker otak, Tante??” Vio mulai menangis ” Kenapa Sandra tidak pernah cerita masalah ini sama aku.” papa Sandra yang duduk di sebelah Vio, menepuk pundak Vio dengan tujuan supaya dia bisa sabar menghadapi semua ini. Viona menuju kamar di mana Sandra dirawat setelah keluar dari ruang ICU. Dia melihat Sandra dari balik jendela kamarnya. Sandra terlihat sangat pucat, badanya kurus, dan rambutnya mulai rontok. Beberapa jam kemudian, Sandra mulai tidak sadarkan diri dan nafas Sandra mulai terengah-engah seakan-akan nyawa Sandra mulai terbang. Vio yang melihat kejadian itu mulai berdoa dalam hati untuk keselamatan Sandra, supaya dia diberi umur panjang dan bisa menemani Vio menjalani hari-harinya. Namun Allah berkehendak lain, Sandra menghembuskan nafas terakhir setelah semua dokter sudah berusaha menyelamatkannya. Vio sangat terpukul dengan kejadian itu, dia kehilangan seorang sahabat yang tidak seberapa lama ia kenal, yang sudah membuat Vio berubah. Vio sangat sedih begitu juga dengan orang tua Sandra. Tapi mereka semua berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Sandra. Setelah acara pamakaman Sandra, mama Sandra menghampiri Vio yang sedang termenung di teras rumah Sandra. Dia tidak langsung pulang ke rumahnya, karena dia masih ingin mengenang Sandra. Mama Sandra menyerahkan surat yang ditulis Sandra sebelum dia meninggal, dia menitipkan surat itu kemamanya untuk diserahkan keViona setelah pemakamannya. Vio membuka surat itu dan membacanya.

Untuk,
SahabatKu Viona.

Saat kau baca surat ini mungkin aku sudah berada di langit melihatmu dari atas sana. Aku minta maaf, kalau tidak memberitahumu mengenai penyakitku ini, karena aku tidak mau membuat kamu ikut bersedih karena penyakitku ini. Aku harap kau bisa mengerti.
Aku ingin kau tetap mengingatku meskipun persahabatan kita masih sebentar. Berusahalah manjadi yang lebih baik, jangan mengulangi sifatmu yang dahulu. Kamu pasti bisa merubah semua itu, sayangi kedua orang tuamu, jangan buat mereka kecewa karena perbuatanmu.
Terima kasih kau sudah menjadi sahabatku. Maafkan atas semua kesalahanku.

Sahabatmu
Sandra


Viona menangis dan memeluk surat itu didadanya. Mulai saat itu dia menjalani aktivitasnya di Surabaya tanpa Sandra sampai akhirnya dia lulus sekolah di Surabaya. Dia melanjutkan kuliah di Bandung dan hidup bahagia bersama kedua orang tuanya.




Baca Selengkapnya....